Tujuh Plasma Nutfah Kambing Lokal Indonesia
Balai Penelitian Ternak Ciawi sudah memulai mengkarakterisasi kambing Kosta
(tahun 1995) dan Gembrong (tahun 1997) serta dilanjutkan oleh Loka Penelitian
Kambing Potong Sei Putih pada tahun 2000-2006 untuk penelitian/karakterisasi
kambing Marica (Sulawesi Selatan), kambing Muara (Kabupaten Tapanuli Utara-
Propinsi Sumatera Utara) dan kambing Samosir (Kabupaten Samosir- Propinsi
Sumatera Utara).
Sampai saat ini sudah 7 bangsa kambing yang sudah dikarakterisasi
karakteristik penotipenya, dan akan dilanjutkan untuk melaksanakan penelitian di
beberapa daerah lain lagi (seperti kambing Benggala- Propinsi Nusa Tenggara
Timur, Kambing Wetar- Propinsi Maluku).
Diperkirakan masih banyak lagi bangsa kambing lokal Indonesia yang belum
dapat dikarakterisasi dan sebagian mungkin sudah hampir punah atau jumlah
populasinya sudah mendekati punah padahal kita belum sempat mengekplorasi
potensi keragaman genetiknya untuk dimanfaatkan sebagai sumber peningkatan
mutu genetik kambing di Indonesia.
1. KAMBING MARICA
Kambing Marica yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah
satu genotipe kambing asli Indonesia yang menurut laporan FAO sudah termasuk
kategori langka dan hampir punah (endargement). Daerah populasi kambing Marica
dijumpai di sekitar Kabupaten Maros, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Sopeng dan
daerah Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan.
Kambing Marica punya potensi genetik yang mampu beradaptasi baik di daerah
agro-ekosistem lahan kering, dimana curah hujan sepanjang tahun sangat rendah.
Kambing Marica dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau hanya memakan
rumput-rumput kering di daerah tanah berbatu-batu.
Ciri yang paling khas pada kambing ini adalah telinganya tegak dan relatif kecil
pendek dibanding telinga kambing kacang. Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan
lincah dan agresif.
2. KAMBING SAMOSIR
Berdasarkan sejarahnya kambing ini dipelihara penduduk setempat secara
turun temurun di Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Kabupaten Samosir,
Provinsi Sumatera Utara. Kambing Samosir pada mulanya digunakan untuk bahan
upacara persembahan pada acara keagamaan salah satu aliran kepercayaan
aninisme
(Parmalim) oleh penduduk setempat. Kambing yang dipersembahkan harus
yang berwama putih, maka secara alami penduduk setempat sudah selektif untuk
memelihara kambing mereka mengutamakan yang berwarna putih.
Kambing Samosir ini bisa menyesuaikan diri dengan kondisi ekosistem lahan
kering dan berbatu-batu, walaupun pada musim kemarau biasanya rumput sangat
sulit dan kering. Kondisi pulau Samosir yang topografinya berbukit, ternyata kambing
ini dapat beradaptasi dan berkembang biak dengan baik.
3. KAMBING MUARA
Kambing Muara dijumpai di daerah Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli
Utara di Propinsi Sumatera Utara. Dari segi penampilannya kambing ini nampak
gagah, tubuhnya kompak dan sebaran warna bulu bervariasi antara warna bulu
coklat kemerahan, putih dan ada juga berwarna bulu hitam. Bobot kambing Muara
ini lebih besar dari pada kambing Kacang dan kelihatan prolifik.
Kambing Muara ini sering juga beranak dua sampai empat sekelahiran (prolifik).
Walaupun anaknya empat ternyata dapat hidup sampai besar walaupun tanpa pakai
susu tambahan dan pakan tambahan tetapi penampilan anak cukup sehat, tidak
terlalu jauh berbeda dengan penampilan anak tunggal saat dilahirkan. Hal ini diduga
disebabkan oleh produksi susu kambing relatif baik untuk kebutuhan anak kambing
4 ekor.
4. KAMBING KOSTA
Lokasi penyebaran kambing Kosta ada di sekitar Jakarta dan Propinsi Banten.
Kambing ini dilaporkan mempunyai bentuk tubuh sedang, hidung rata dan kadang-
kadang ada yang melengkung, tanduk pendek, bulu pendek. Kambing ini diduga
terbentuk berasal dari persilangan kambing Kacang dan kambing Khasmir (kambing
impor).
Hasil pengamatan, ternyata sebaran warna dari kambing Kosta ini adalah coklat
tua sampai hitam. Dengan presentase terbanyak hitam (61 %), coklat tua (20%),
coklat muda (10,2%), coklat merah (5,8%), dan abu-abu (3,4%). Pola warna tubuh
umumnya terdiri dari 2 warna, dan bagian yang belang didominasi oleh warna putih.
5. KAMBING GEMBRONG
Asal kambing Gembrong terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama
di Kabupaten Karangasem. Ciri khas dari kambing ini adalah berbulu panjang.
Panjang bulu sekitar berkisar 15-25 cm, bahkan rambut pada bagian kepala sampai
menutupi muka dan telinga. Rambut panjang terdapat pada kambing jantan,
sedangkan kambing Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm.
Warna tubuh dominan kambing Gembrong pada umumnya putih (61,5%)
sebahagian berwarna coklat muda (23,08%) dan coklat (15,38%). Pola warna tubuh
umumnya adalah satu warna sekitar 69,23% dan sisanya terdiri dari dua warna
15,38% dan tiga warna 15,38%. Rataan litter size kambing Gembrong adalah 1,25.
Rataan bobot lahir tunggal 2 kg dan kembar dua 1,5 kg. Tingkat kematian prasapih
20%.
6. KAMBING PERANAKAN ETTAWAH (ETTAWAH)
Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Ettawa
(asal India) dengan kambing Kacang, yang penampilannya mirip Ettawa tetapi lebih
kecil. Kambing PE tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (perah).
Peranakan yang penampilannya mirip Kacang disebut Bligon atau Jawa randu, yang
merupakan tipe pedaging.
Ciri khas kambing PE antara lain; bentuk muka cembung melengkung dan dagu
berjanggut, terdapat gelambir di bawah leher yang tumbuh berasal dari sudut
janggut, telinga panjang, lembek menggantung dan ujungnya agak berlipat, ujung
tanduk agak melengkung, tubuh tinggi, pipih, bentuk garis punggung mengombak ke
belakang, bulu tumbuh panjang di bagian leher, pundak, punggung dan paha, bulu
paha panjang dan tebal.
7. KAMBING KACANG
Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia juga didapati di Malaysia
dan Philipina. Kambing Kacang sangat cepat berkembang biak, pada umur 15-18
bulan sudah bisa menghasilkan keturunan.
Kambing ini cocok sebagai pengasil daging dan kulit dan bersifat prolifik,
sifatnya lincah, tahan terhadap berbagai kondisi dan mampu beradaptasi dengan
baik di berbagai lingkungan yang berbeda termasuk dalam kondisi pemeliharaan
yang sangat sederhana.
PENUTUP
Dari tujuh bangsa ternak kambing lokal Indonesia yang telah dikarakterisasi
yang ternasuk kategori besar adalah kambing Peranakan Ettawa (PE) dan kambing
Muara, kambing kategori sedang adalah kambing Kosta, Gembrong dan kategori
kecil adalah kambing Kacang, kambing Samosir dan kambing Marica.
Untuk menghindari beberapa jenis/bangsa kambing lokal Indonesia yang
semakin habis atau punah maka sangat diharapkan partisipasi Pemerintah Daerah,
Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga Penelitian dan Universitas serta lembaga
lain untuk berupaya melakukan pelestarian dan eksplorasi potensi genetik Plasma
Nutfah Kambing lokal Indonesia.
Hi, this is a comment.
To delete a comment, just log in, and view the posts’ comments, there you will have the option to edit or delete them.